Pendidikan Bermutu di tengah Pentas Budaya Instan




Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.



Zaman sudah berubah. Semua orang maunya serba cepat. Jadinya, cenderung mengabaikan proses tapi ingin segera mendapat hasil. Apalagi di negara dengan etos kerja rendah seperti Indonesia. Akibatnya, budaya instan mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Hidup di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan dengan mudah, praktis dan cepat. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet. Ingin belanja atau makan di restoran tapi malas keluar, tinggal pesan lewat telepon atau beli lewat situs. Mau transaksi —transfer uang, bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa— tidak perlu susah-susah ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone. Bagi cewek-cewek yang ingin rambut panjang tidak perlu harus menunggu sampai berbulan-bulan. Cukup tunggu ½ jam saja dengan teknik hair extension, rambut bisa panjang sesuai keinginan.



Maklum, orang makin sibuk. Malas direpotkan dengan hal-hal ribet. Maunya serba instan. Salahkah itu?, selama masih mengikuti hukum alam, serba instan itu sah-sah saja. “Hidup yang baik dan sukses adalah hidup yang sesuai dengan proses alam”. Sampai level tertentu teknologi bisa kita pakai untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai hukum alam. Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman, memungkinkan kita mendapatkan sesuatu serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus tetap terjaga. “Padi 100 hari baru panen itu bagus”. Tapi ingat itu ada yang bisa dipercepat. Mestinya, hasilnya harus lebih baik. Jadi, cepat, baik dan bermutu harus berlangsung bersama.



Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang enggan bersusah payah. Tak mau melewati proses. Alias malas. Yang penting cepat !. Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil. Proses tidak penting. Parahnya, “virus” itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara instan. Jadilah, banyak orang korupsi, punya gelar palsu, beli skripsi, ijazah aspal, asal lulus, cepat kaya lewat penggandaan uang dan lain sebagainya. Kalau memang berat, membosankan dan ketinggalan zaman mengapa kita harus bermutu? Kalau ada cara cepat yang memberi hasil, mengapa tidak dicoba?. Lebih lanjut, sekarang ini sudah terjadi pergeseran nilai di masyarakat. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain. Untuk mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.



Pendidikan Cenderung Dibisniskan.



Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi kita untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Pola promosi yang memberikan kemudahan dan iming-iming hadiah merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan hanya mengejar gelar untuk prestise. Kondisi pendidikan tinggi saat ini cukup memprihatinkan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan. Bahkan ada PTS yang hanya menjadi mesin pencetak uang, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal Ini yang membuat persaingan menjadi semakin tidak sehat.



Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan, juga cenderung menghalalkan segala cara untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya, dengan promosi yang terkadang menjebak dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Apakah ini gambaran pendidikan berkualitas ?. Bahkan ada beberapa PTS di Jakarta yang memainkan range nilai untuk meluluskan mahasiswanya, karena mereka takut, ketika selesai ujian akhir (UTS/UAS) banyak mahasiswanya yang tidak lulus alias IP/IPK nasakom. Sehingga mereka lulus dengan angka pas-pasan yang sebenarnya mahasiswa tersebut tidak lulus. Dalam hal ini semua pihak harus melakukan introspeksi untuk bisa memberi pelayanan pendidikan yang berkualitas. Kopertis, harus bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS. Pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan. Kunci pengawasan itu ada secara bertahap di tangan Ketua Program Studi, Direktur, Dekan, Rektor dan Ketua Yayasan.

Tantangan Lulusan Sarjana di Era Informasi.



Ketika para sarjana memadati berbagai arena bursa kerja untuk menawarkan ilmu dan ijazah mereka, iklan-iklan penerimaan mahasiswa baru juga nyaris memenuhi halaman-halaman surat kabar. Dua fenomena tersebut ironis. Promosi Perguruan Tinggi untuk menjaring calon mahasiswa sama "gencarnya" dengan peningkatan pengangguran lulusan. Di sisi lain, perlu diajukan pertanyaan, kualifikasi apakah sebenarnya yang disyaratkan oleh para pencari tenaga kerja lulusan sarjana Perguruan Tinggi ini ?



Jawaban yang diperoleh para peneliti umumnya adalah campuran kualitas personal dan prestasi akademik. Tetapi pencari tenaga kerja tidak pernah mengonkretkan, misalnya, seberapa besar spesialisasi mereka mengharapkan suatu program studi di Perguruan Tinggi. Kualifikasi seperti memiliki kemampuan numerik, problem-solving dan komunikatif sering merupakan prediksi para pengelola Perguruan Tinggi daripada pernyataan eksplisit para pencari tenaga kerja. Hasil survei menunjukkan perubahan keinginan para pencari tenaga kerja tersebut adalah dalam hal kualifikasi lulusan Perguruan Tinggi yang mereka syaratkan.



Tidak setiap persyaratan kualifikasi yang dimuat di iklan lowongan kerja sama penting nilainya bagi para pencari tenaga kerja. Dalam prakteknya, kualifikasi yang dinyatakan sebagai "paling dicari" oleh para pencari tenaga kerja juga tidak selalu menjadi kualifikasi yang "paling menentukan" diterima atau tidaknya seorang lulusan sarjana dalam suatu pekerjaan.



Yang menarik, tiga kualifikasi kategori kompetensi personal, yaitu kejujuran, tanggung jawab, dan inisiatif, menjadi kualifikasi yang paling penting, paling dicari, dan paling menentukan dalam proses rekrutmen. Kompetensi interpersonal, seperti mampu bekerja sama dan fleksibel, dipandang paling dicari dan paling menentukan. Namun, meskipun sering dicantumkan di dalam iklan lowongan kerja, indeks prestasi kumulatif (IPK) sebagai salah satu indikator keunggulan akademik tidak termasuk yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan.



Di sisi lain, reputasi institusi Pendidikan Tinggi yang antara lain diukur dengan status akreditasi program studi sama sekali tidak termasuk dalam daftar kualifikasi yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan proses rekrutmen lulusan sarjana oleh para pencari tenaga kerja.



Ada kecenderungan para pencari tenaga kerja "mengabaikan" bidang studi lulusan sarjana Dalam sebuah wawancara, seorang kepala HRD sebuah bank di Cirebon menegaskan, kesesuaian kualitas personal dengan sifat-sifat suatu bidang pekerjaan lebih menentukan diterima atau tidaknya seorang lulusan Perguruan Tinggi. Misalnya, posisi sebagai kasir bank menuntut kecepatan, kecekatan, dan ketepatan. Maka, lulusan sarnaja dengan kualitas ini punya peluang besar untuk diterima meskipun latar belakang bidang pendidikannya tidak sesuai. Kepala HRD itu mengatakan, "Saya pernah menerima Sarjana Pertanian dari Bogor sebagai kasir di bank kami dan menolak Sarjana Ekonomi manajemen dari Bandung yang IPK-nya sangat bagus."



Kualifikasi-kualifikasi yang disyaratkan dunia kerja tersebut penting diperhatikan oleh pengelola Perguruan Tinggi untuk mengatasi tidak nyambung-nya antara Perguruan Tinggi dengan dunia kerja dan pengangguran lulusan. Jika pembenahan sistem seleksi mahasiswa baru dimaksudkan untuk menyaring mahasiswa sesuai kompetensi dasarnya, perhatian pada kualifikasi yang dituntut pasar kerja dimaksudkan sebagai patokan proses pengolahan kompetensi dasar tersebut. Untuk itu semua, kerja sama Perguruan Tinggi dan dunia kerja adalah perlu.




___________
Tata -- .
 

CerPen : Arti Persahabatan

“Ayo, dong!! Kalau tak cepat kita bisa terlambat!”teriak Lucia kepada temannya, Eric. “Iya, tunggu bentar, tali sepatuku lepas, lagian kamu juga yang salah, bangun kok jam 6?” jawab Eric. Lucia malas menjelaskan, jadi ia hanya diam dan mendengus kesal.
“Jangan banyak tanya, aku begadang ngerjain PR, tau!”jelas Lucia. Dan Eric pun selesai mengikat tali sepatunya yang lepas. Mereka berdua lari ke sekolah, dan sampai tepat sebelum bel berbunyi. 
“Untung enggak terlambat, kalau terlambat, bisa-bisa kita dimarahi guru piket yang galak itu!” ujar Lucia, lega. Eric hanya manggut-manggut, dia sedang memperhatikan teman baiknya sejak kecil itu.
Bagi Eric, Lucia sudah seperti saudaranya. Setiap hari pergi dan pulang sekolah bersama, belajar bersama. Tapi mereka tetap saja sering bertengkar karena masalah sepele. Dan biasanya Eric yang mengalah. Sebab dia tahu sifatnya Lucia, keras kepala namun baik hati dan bisa diandalkan. 
Bel sekolah berbunyi, menandakan seluruh siswa SMP Tunas Bangsa dipersilahkan pulang, kecuali yang ada kegiatan ekskul di sekolah.
Lucia dan Eric mengikuti ekskul Karate yang diadakan setiap hari Rabu sepulang sekolah. Lucia dan Eric sama hebatnya, sudah hampir mencapai “sabuk hitam” yang menjadi impian mereka. Guru pembina sangat salut pada mereka atas prestasi tersebut.
“Pulang bareng lagi kan, Lucia?” tanya Eric. Lucia mengangguk sambil memukul pundak Eric. Eric langsung mengerti, itu artinya Lucia minta tunggu sebentar, kalau bukan ke toilet ya, mau jajan dulu. Setelah Lucia kembali, mereka pulang.  
Rumah mereka bersebelahan, kedua orangtua mereka sudah berteman akrab. Ayah Lucia dan ayah Eric adalah rekan kerja, sedangkan kedu ibu mereka adalah teman sejak SD yang bertemu kembali ketika Eric pindah rumah ketika masih TK.  
Lucia mempunyai cita-cita, yaitu menjadi orang yang berguna untuk orang lain. Dia ingin menjadi dokter gigi. Sedangkan Eric, mempunyai cita-cita menjadi dokter anak, atau guru olahraga.  
Ya, Eric memang senang pada kekuatan fisik. Sedangkan Lucia menyukai fisik dan ilmu pengetahuan. Mereka menjadi saingan di kelas. Dalam pelajaran, mencari teman, bahkan dalam kekuaan fisik. Tapi sebenarnya, mereka saling menyayangi seperti saudara. 
“Eric, kamu udah ngerjain PR IPA belum? Kalau udah, kita tanding yuk, siapa yang dapat nilai paling tinggi!” tantang Lucia. 
Eric dengan gemas menjawab “Terserah! Aku lagi gak niat nih, capek tanding terus”. 
“Ayo, anak-anak, duduk semua! Ada pengumuman penting dari pihak sekolah!” teriak Bu Guru yang baru saja masuk ke kelas. Setelah semua murid duduk, Bu Guru pun mengutarakan maksudnya  
“Anak-anak, untuk menyambut hari ulang tahun sekolah ini, kalian para siswa siswi kelas 1 SMP akan mengadakan acara. Untuk kelas kita, Ibu usulkan Festival Olahraga, ada yang punya usul lain?” jelas Bu Guru. Setelah menunggu beberapa saat, Bu Guu bicara lagi. 
 “Sepertinya semua setuju, ya? Baiklah, kalau begitu usulan kelas kita kepada Kepala Sekolah adalah mengadakan Festival Olahraga, dan untuk ketua panitia mungkin Eric saja ya? Yang lain bagaimana? Setuju semuanya?”. “Seetujuuuu!!!!!!!!!!” 
Eric dan Lucia yang jago di bidang olahraga pun senang. Lucia langsung menghampiri Eric yang sedang melamun.  
“Ketua! Jangan melamun terus dong! Kita harus menyusun rencana untuk melaksanakan Festival Olahraga nanti. Dan aku mau, di festival nanti ada pertandingan basket, baseball, sepak bola dan lomba lari. Kurasa cukup segitu saja. Atau ada yang mau ditambahkan?” ujar Lucia panjang lebar.  
Tidak ada respon dari Eric. Lucia yang sedang panas-panasnya, langsung membentak Eric. “Ketua bodoh! Dari tadi usul wakilnya gak pernah ditanggapin! Ketua apaan nih? Masa’ harus digetok dulu sih, kepalanya biar nyadar?”.  
Eric yang sedang bingung, kaget mendengar perkataan Lucia. Dan terjadilah adu mulut antara mereka berdua.
“Kamu tuh gak punya pengertian apa?! Aku tuh lagi pusing tau! Gak perlu teriak-teriak di dekat aku! Terserah kamu aja deh, mau festival apa dan lomba apa! Aku lagi gak mau ambil pusing sama kamu!” teriak Eric sambil berlalu ke halaman belakang sekolah. Lucia pun mengikuti karena keheranan. 
Untuk pertama kalinya Lucia melihat Eric murung. Lucia pun mengalah dan minta maaf. Setelah Eric memaafkannya, Lucia pun bertanya “Ada apa, Eric? Kok kamu murung? Mukamu kelihatan kusut tuh, belum disetrika ya?”. “iya, belum disterika, Kenapa? Kamu mau nyetrika mukaku? Memang setrikanya udah panas?” sahut Eric.
“Mau saja sih aku menyetrika mukamu yang kusut itu, tapi udah dicuci belum? Kalau belum dicuci, ntar setrikaku yang rusak” canda Lucia. Mereka pun tertawa bersama. 
“Aku sedang kesal, nih. Habisnya ada anak kelas 2 yang nantangin aku main basket dan baseball, anaknya ada dua, waktunya bersamaan, apa yang harus ku tanggapi, ya? Basket atau baseball?” jelas anak yang sedang murung ini.  
Lucia mendengarkan dengan eksama cerita Eric yang sedang kebingungan. Dan Lucia mengungkapkan pendapatnya “Gak usah ditanggepin deh, anak kelas 2 yang galak itu, lebih baik kamu biarkan saha mereka, kalau menganggumu, pukul saja dengan jurus karatemu”.  
“ Tapi kalau ku biarkan, mereka akan melukai semua anak di kelas kita, sepertinya mereka juga mengancam akan membuatku malu di depan orang banyak jika aku melapor pada guru atau kepala sekolah” ujar Eric, lesu. Lucia berpikir keras, dan akhirnya ia menemuukan sebuah ide, namun cukup gila untuk mengatakan ini adalah ide yang masuk akal.  
“Kedua anak kelas 2 itu kan tidak saling kenal, bagaimana kalau aku menyamar menjadi kamu, untuk mengikuti pertandingan basket, sedangkan kamu mengajak kakak kelas yang lain untuk bertanding baseball di tempat lain, jadi gak ketahuan kalau ada 2 Eric. Lagian wajah kita mirip banget, udah kayak saudara kembar, kan?” Lucia menjelaskan ide gilanya.  
Eric yang kaget, hanya bisa mengikuti perkataan Lucia, setelah melihat Lucia mengepalkan tangannya kepada Eric. Dan tibalah hari pertandingan tersebut. 
“Lucia, kau beneran akan menyamar sebagai aku? Suara dan wajah kita memang mirip, tapi postur tubuh kan beda banget!” ujar Eric. Dan Eric pun mendapat satu pukulan dari Lucia.  
“Jangan mentang-mentang aku cewek, kamu bilang postur tubuh beda jauh dong! Aku kan sengaja pake baju yang gede, biar mirip kayak kamu, bodoh!” teriak Lucia (kata-kata kasarnya jangan ditiru, ya).  
Eric hanya menganga melihat Lucia memakai pakaian anak cowok. “memang iya, sih, kalau Lucia pake baju kayak gitu, beneran mirip kayak anak cowok” gumam Eric dalam hati. 
Lucia, eh maksudnya Eric ke-2 bertanding basket. Sedangkan Eric yang asli mengikuti pertandingan baseball. Dan…. “YES! Aku menang! Dengan begini penyamaranku berhasil!” teriak Lucia dalam hati.  
Namun keceriaannya berubah ketika melihat sesuatu yang ganjil. Para pemain basket yang tadi, nampak berubah. “Ya ampun! Ternyata mereka perempuan! Pantas saja tadi, aku merasa kekuatan mereka hampir sama denganku. Tapi kenapa mereka menyamar menjadi laki-laki?” gumam Lucia. 
Salah satu dari para perempuan itu maju dan berkata “Kami ini hanya ingin melihat, seberapa mampu anak yang bernama Eric, yang katanya jago main basket, kami hanya ingin menguji, seberapa besar nyali Eric untuk mengahadapi lawan yang senior”.  
“Kami juga ingin melihat, apa reaksinya ketika dia tahu bahwa lawannya adalah perempuan, tapi ternyata, yang datang malah temannnya, perempuan lagi! kau takkan bisa menipu mata kami dengan penampilan seperti itu, sebab tetap saja postur tubuh kalian berbeda, tega sekali si Eric itu, menyuruh perempuan untuk menggantikannya” lanjut mereka. 
“Eric bukan orang seperti itu, lagi pula aku yang ingin menggantikannya, karena dia juga ada pertandingan dengan anak kelas 2 dalam bidang baseball, lagian kalian kakak kelas yang tidak ada kerjaan malah menganggu anak kelas 1. anak cowok lagi. kalau anak cewek sih gak apa” ujarku.  
“kalau kalian mau membukikan perkataanku, datang saja ke lapangan taman baseball di dekat sini, kalian akan melihat, Eric yang asli berjuang demi teman-teman sekelasnya!” teriak Lucia, panjang lebar sambil lari ke lapangan baseball.  
Terpaksa kakak kelas tadi mengikuti Lucia untuk membuktikan perkataan Lucia. Salah seorang dari mereka mengikuti Lucia untuk mencari satu kepastian yang berbeda dari teman-temannya. 
“Eric!!! Kamu menang kan?” teriak Lucia dari jauh. Eric memalingkan pandangannya ke arah Lucia yang beru saja sampai di lapangan. Eric ikut berteriak “Ya! Aku menang melawan mereka dengan tim baseball dadakan yang kubuat sendiri! Kamu sendiri menang tidak?”.  
“Ya! Aku menang melawan kakak kelas yang ternyata perempuan” ujar Lucia. Eric yang sudah mendekat ke arah Lucia terkejut. “Jadi kakak ini pacarnya ketua tim lawanku? Tadi aku memukul bola dan mengenai kepalanya. Saat pingsan ia mengigau tentang basket dan seorang gadis berambut coklat panjang bernama Karina” jelas Eric kepada kakak kelas yang tadi bicara dengan Lucia. 
“Ya! Kami hanya ingin menguji persahabatan kalian yang sudah terjalin sejak kecil. Jangan sampai berujung buruk seperti aku dan Ben yang tadi Eric buat pingsan”. 
Lucia dan Eric heran…
“Kami mendengar ada anak kelas  yang bersahabat baik sejak kecil dan kulihat kalian sangat akrab. Kami ingin menguji keakraban kalian sampai dimana. Aku yang menyusun rencana ini agar kalian tidak kehilangan sahabat seperti aku dan Ben yang khilangan sahabat baik kami karena mereka salah paham” ujar Karina panjang lebar. 
“Tak apa, Kak. Kami sangat senang atas perhatiannya. Aku dan Eric juga minta maaf karena telah membuat kakak dan pacar kakak kesusahan. Karena rencana kak Karina dan Kak Ben, kami jadi saling tolong menolong. Tapi darimana kakak tahu, kalau kami sdang bertengkar?” tanya Lucia.  
“Aku tahu dari teman sekelas kalian. Katanya kalian sedang bertengkar untuk menentukan cabang olahraga di festival nanti, kalian saling berselisih pendapat lagi dan akhirnya beretengkar sungguhan, padahal biasanya kalian hanya bertengkar canda kan?”jelas Kak Karina. Lucia hanya mengangguk. 
Sejak saat itu, Lucia dan Eric tidak pernah bertengkar lagi. mereka kini selalu berependapat sama, kalau pun berebeda pendapat, mereka akan menggunakan akal untuk menyatukan pendapat masing-masing. 
Mereka pun sering bermain bersama Kak Karina dan Kak Ben ketika hari libur. Bahan kalau mau ada ulangan atau ujian, mereka berempat belajar bersama. Lucia dan Eric pun mengerti artinya persahabatan sejati. Yaitu saling adanya toleransi.  
Mereka yang dulunya bersahabat namun selalu bertengkar, kini menjadi bersahabat dengan bertengkar sebatas candaan belaka… Sadar, mereka sudah sadar… 
Festival Olahraga pun dimulai. segala susunan acara yang kami buat berjalan dengan sangat lancar. semua siswa bersenang-senang mengikuti berbagai perlombaan. ada juga yang membuka stand untuk berjualan. pokoknya, acar Festival Olahraga SMP Tunas Bangsa sukses besar!!
Persahabatan itu merupakan hal terindah yang bisa dimiliki siapapun… dan kita yang memlikinya, bersyukurlah… kini aku pun akan menjaga persahabatanku dengan sahabat-sahabatku yang tersayang…..


by balqis
 

CERPEN SEDIH (Arti Persahabatan)


Misha sinkap kembali tabir ingatannya. Sharon. Manis nama itu, semanis orangnya. Dialah kawan karib Misha yang selalu diingatannya. Sudah enam tahun mereka mengenali antara satu sama lain. Kegembiraan dan keperitan hidup di alam remaja mereka melalui bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan sahaja. Misha kehilangan seorang sahabat yang tidak ada kalang-gantinya.

Peristiwa itu berlaku dua tahun yang lalu. Sewaktu itu mereka sedang berada di kantin sekolah. Misha sedang marahkan Sharon kerana mengambil pena kesukaannya tanpa izinya dan menghilangkannya.

Apabila Misha bertanya, dia hanya berkata yang dia akan menggantikannya. Misha tidak mahu dia menggantikannya. Kerana pena yang hilangtu berlainan dengan pena yang akan diganti oleh Sharon. Pena yang hilang itu adalah hadiah daripada Sharon sewaktu mereka pertama kali menjadi sepasang kawan karib.

"Aku tak mahu kau menggantikannya! Pena yang hilangtu berharga bagiku! Misha memarahi Sharon." " Selagi kau tak jumpa penatu, selagi itulah aku tak akan bercakap dengan kau!" Marahnya Misha pada Sharon. Meja kantintu di hentaknya dengan kuat hingga terkejut Sharon. Misha yang mukanya memang kemerah-merahan, bila marah bertambahlah merahlah mukanya. Sharon dengan keadaan sedih dan terkejut hanya berdiamkan diri lalu beredar dari situ. Misha tahu Sharon berasa sedih mendengar kata-katanya itu. Misha tidak berniat hendak melukainya tetapi waktu itu dia terlalu marah dan tanpa dia sedari, mutiara jernih membasahi pipinya.

"Sudah beberapa hari Sharon tidak datang ke sekolah. Aku merasa risau. Adakah dia sakit? Apa yang terjadi" Berkata-kata Misha seorang diri. Benak fikirannya diganggu oleh seribu satu pertanyaan "EH! Aku nak pergi kerumahnyalah" Berbisik Misha di hatinya. Tetapi niatnya berhenti di situ. Dia merasa segan. Tiba-tiba talipon dirumah Misha berbunyi "Ring,riiiiiiiing,riiiiiiiiing,riiiiiiiing"Ibu Misha yang menjawab panggilan itu."Misha, oh, Misha "Teriak ibunya. "Cepat, salin baju. Kita pergi rumah Sharon ada sesuatu berlaku. Kakaknya Sharon talipon suruh kita pergi rumahnya sekarang jugak" Suara ibu Misha tergesa-gesa menyuruh anak daranya cepat bersiap. Tiba-tiba jantung Misha bergerak laju. Tak pernah dia merasa begitu. Dia rasa tak sedap. Ini mesti ada sesuatu buruk yg berlaku. "Ya Allah, kau tenteramkanlah hatiku. Apapun yang berlaku aku tahu ini semua ujianmu. Ku mohon jauhilah segala perkara yang tak baik berlaku. kau selamatkanlah sahabatku." Berdoa Misha pada Allah sepanjang perjalanannya ke rumah Sharon.


Apabila tiba di sana, rumahnya dipenuhi dengan sanak -saudaranya. Misha terus menuju ke ibu Sharon dan bersalaman dengan ibunya dan bertanya apa sebenarnya yang telah berlaku. Ibunya dengan nada sedih memberitahu Misha yang Sharon dilanggar lori sewaktu menyeberang jalan berdekatan dengan sekolahnya." Dia memang tidak sihat tapi dia berdegil nak ke sekolah. Katanya nak jumpa engkau. Tapi hajatnya tak sampai. Sampai di saat dia menghembuskan nafasnya, kakaknya yang ada disisinya ternampak sampul surat masa ada dia gengam ditangannya" terisak-isak suara ibu Sharon menceritakan pada Misha sambil menghulurkan surat yang Sharon beriya-iya sangat ingin memberikannya pada sahabatnya.

Didalam sampul surat itu terdapat pena kesukaanku. Disitu juga terdapat notadaripadnya.


MISHA SHARMIN,
AKU MINTA MAAAF KERANA MEMBUAT KAU MARAH KERANA TELAH MENGHILANGKAN PENA KESUKAANMU. SELEPAS ENGKAU MEMARAHI AKU, AKU PULANG DARI SEKOLAH SEWAKTU HUJAN LEBAT KERANA INGIN MENCARI PENAMU.DI RUMAH AKU TAK JUMPA.TAPI AKU TAK PUTUS ASA DAN CUBA MENGINGATINYA DAN AKU TERINGAT, PENATU ADA DI MEJA SCIENCE LAB . ITUPUN AGAK LAMBAT AKU INGIN KESEKOLAH KERANA BADANKU TAK SIHAT TAPI DENGAN BANTUAN SITI DIA TOLONG CARIKAN. PENATU SITI JUMPA DIBAWAH MEJAMU. TERIMA KASIH KERANA TELAH MENGHARGAI PEMBERIANKU DAN PERSAHABATAN YANG TERJALIN SELAMA SETAHUN. TERIMA KASIH SEKALI LAGI KERANA SELAMA INI MENGAJARKU TENTENG ERTI PERSAHABATAN.

SHARON OSMAN.

Kolam mata Misha dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinangan dengan derasnya.Kalau boleh ingin dia meraung sekuat hatinya. Ingin dia memeluk tubuh Sharon dan memohon maaf padanya tapi apakan daya semuanya dah terlambat. Mayat Sharon masih di hospital. Tiba-tiba dentuman guruh mengejutkan Misha daripada lamunan. Barulah dia sedar bahawa dia hanya mengenangkan kisah silam. Persahabatan mereka lebih berharga daripada pena itu. Misha benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Dia berjanji tak akan membenarkan peristiwa ini berulang kembali. Semenjak itu Misha rajin bersolat dan selesai solat dia akan membaca al quran dan berdoa dan bersedekahkan ayat-ayat al quran kepada sahabatnya. Dengan cara ini sahajalah yang dapat Misha balas balik jasanya Sharon dan mengeratkan persahabatanya. Semoga dengan kalam Allah Sharon akan bahagia di alam baza. 

By : Wendy Suhendry
 

Pengorbanan Alice


Prrangggg ……

Gian melempar piring berisi makanan yang di berikan
Alice padanya. Pecahan piring dan makanan berserakan di lantai. Alice mundur karena kaget.

“ Apa pedulimu dengan ku?. Pergi!!!” bentak Gian pada
Alice yang membuatnya semakin kaget.

“ Gi, aku tau ini berat, aku ngerti ba …..”

“ Tau apa kamu dengan perasaanku.” Gian memotong kata-kata
Alice.” Gak ada satu pun yang ngerti gimana perasaanku sekarang. gak ada yang peduli denganku bahkan orangtuaku sendiri, dan kamu gak perlu repot-repot memperhatikan.” Gian kalap.
Alice benar-benar mundur kali ini, belum pernah dia melihat Gian seperti ini. Dia tau Gian sedang banyak masalah, tapi dia gak nyangka Gian bisa sekalap ini. gak ada gunanya memaksakan diri pikirnya, Gian mungkin butuh waktu sendiri.

Setelah Alice pergi, Gian semakin kalap. Dia melempar semua barang-barang yang ada di kamarnya. Gian terduduk di antara barang-barang yang berserakan. Dia muak dengan semuanya. Kedua orangtuanya hanya sibuk dengan urusan mereka sendiri, jarang ada di rumah, dan kalau pun mereka pulang, maka mereka cuma bertengkar dan saling menyalahkan. Mereka sama sekali gak peduli dengan Gian, segala cara udah dilakukan Gian agar orangtuanya mau memperhatikannya, tapi tetap gak ada hasilnya.

Bahkan ketika Gian hampir dikeluarkan dari sekolah karena memukuli temannya sampai harus masuk rumahsakit, orangtua Gian malah bertengkar dan saling melempar kesalahan. Gian merasa benar-benar putus asa.

Dan terakhir yang membuat Gian makin tertekan adalah kenyataan bahwa ternyata Gian bukan anak kandung orangtuanya, dia cuma anak angkat, dan selama ini orangtuanya merahasiakan kenyataan itu. Gian gak sengaja mendengarnya waktu mereka bertengkar. Gian gak bisa terima keadan ini, untuk apa harta yang melimpah, buat apa kehidupan yang mewah, kalau kenyataannya dia gak bahagia.

Selama ini, cuma
Alice yang selalu menemaninya, Alice adalah temannya dari kecil, sama Alice dia menumpahkan semua kekesalannya, tempat dia berbagi suka dan duka. Tapi sekarang Gian separti kehilangan kepercayaan, dia gak bisa percaya siapa pun lagi, baginya semua hanya pura-pura.dia benci semuanya.
Alice datang besoknya, dia berharap Gian sudah tenang lagi. Tapi ternyata dia salah, Gian masih bersikap sama.

”Mau apa lagi kamu kesini? Apa kamu gak ngerti juga. Udahlah di dunia ini emang gak ada yang peduli sama aku, semua cuma pura-pura. Pergi
sana! Dasar cewe’ gak tau diri. Aku gak mau liat muka kamu lagi!!!”

”GIAN !!!”
alice benar-benar gak bisa percaya dengan apa yang didengarnya.

” Ya, cewe’ gak tau diri. Puas !?!?!!. sekarang pergi dari sini!”
Alice bagai disambar petir. Dia gak pernah nyangka Gian akan mengatakan kata-kata seperti itu. Alice berlari meninggalkan gian, dia gak bisa lagi nahan airmatanya.

Dalam keadaan kalut gian memacu motornya dengan kecepatan tinggi, dia gak punya tujuan, dia Cuma ingin pergi.walaupun gak tau kemana.

Sebuah benturan keras menghantam gian. Tubuh gian. Tubuh gian terlempar dari motornya,darah mengalir dari kepalanya.gian tidak tau lagi apa yang terjadi.

Prrang ....

Gelas yang dipegang
alice jatuh dari tanganya.

”Gian.” katanya tanpa sadar.

***

Gian terbaring di tempat tidurnya, kepalanya dibalut perban.
Alice duduk di sebelah tempat tidur gian, sudah tiga hari gian gak sadar,dan selama itu alice selalu menemani gian,dia gak pernah ninggalin gian walaupun Cuma sebentar. Keadaan gian sudah membaik setelah sempat kritis karena kehilangan banyak darah.

” Gi, aku tau kamu punya masalah yang berat, tapi kamu salah kalau kamu pikir gak ada yang peduli sama kamu. Banyak yang sayang sama kamu, gi.dan kalaupun itu emang bener, kamu masih pumya aku yang selalu peduli dan sanyang sama kamu, aku gak akan ninggalin kamu. Tapi kalau kamu emang gak mau ketemu aku lagi, gak pa-pa, kamu gak usah khawatir, kamu gak akan pernah liat aku lagi. cepet sembuh gi.”
alice mengecup kening gian dan menghapus airmatanya sendiri.

Alice keluar dari ruang serba putih itu, setelah pamitan dengan orangtua gian yang duduk di ruang tunggu, alice pergi, bukan Cuma dari rumah sakit itu tapi juga dari gian.dia sudah memutuskan untuk pindah ke Paris dan tinggal bersama orangtuanya yang bekerja disana, mungkin gak akan kembali lagi.

Gian mulai membuka matanya, pertama pandangannya masih kabur, kemudian mulai jelas Yang dilihatnya pertama kali adalah orang tuanya yang tersenyum memandangnya.

” Gian, kamu sudah sadar sayang?” jelas sekali nada lega dalam suara mama gian.

” mama.....papa......” kata gian lemah.

” maafin mama gian, selama ini mama dan papa terlalu sibuk, kami kurang memperhatikan kamu, sampai dirumah kami malah bertengkar.maafin mama gian.” kata mama gian, airmata mengalir dipipinya.

” iya gian, maafin papa juga. Walaupun kamu bukan anak kandung kami, tapi kami menyayangi kamu seperti anak kami sendiri, siapa lagi yang kami sayang kalu bukan kamu, Cuma kamu yang kami pumya. Maafin mama sama papa, karena kami kamu jadi begini.
Alice sudah cerita semuanya, selama kamu koma dia yang menjaga kamu, dia juga yang udah mendonorkan darahnya buat kamu.”

Alice ......dimana alice.” gian separti baru tersadar.

Mama dan papa gian terdian, mareka gak menjawab pertanyaan gian.

” ma ....pa ....
alice mana?” desak gian.

alice udah pergi.” jawab papanya hampir gak terdengar.

” pergi? Kemana
pa.

” kami gak tau gian,
alice gak bilang, dia Cuma bilang dai bakal pergi dan gak akan kembali lagi kesini, karena dia bilang kamu gak mau ketemu dia lagi.” jelas papa gian.

Alice .......” gian gak sanggup ngomong apa-apa lagi, dia ingat waktu dia mengatai dan mengusir alice, dia gak nyangka kata-katanya waktu sedang emosi itu udah buat dia kehilangan teman yang sangat menyayanginya dan rela berkorban demi dirinya walaupun dia udah menyakiti perasaan alice,
Alice, maafin aku. Kata gian dalam hati. Cuma itu yang bisa diucapkan gian.
Cerpen persahabatan ini dikirim oleh: Riski Maharani
 

Sahabat

Sahabat Sejati

Sejuta rangkaian kata
terwujud bagai memori
untuk seorang sahabat
yang setia mengisi hati dan hari

Cuy..!
perdamaian ini 
jangan kau kencingi

jagalah arti kata 'peace'
yang kau tulis
di dinding kamarku

Sob..,
perdamaian ini 
jangan jadi belenggu

Aku orang bebas
kau orang bebas
kita bebas menentukan
kemana langkah kita tertuju

Bro..,
pertalian ini
jangan jadi benalu

Dirimu milikmu
diriku milikku
Dan persahabatan ini
masih milik kita.

Nah, puisi yang kedua ini milik Fitri Susila, pernah dipublikasikan di kompas.com. Puisinya juga bercerita tentang seorang sahabat.

Bukan Sahabat

mengapa kau hanya mendengar angin,
kenapa tak kau coba mencari tahu dari mana angin membawa debu.
“kau ini, angin saja kau percayai”
sedangkan, telah kuserahkan jasad dan rohku untuk kau amati

sebenarnya aku ingin duduk bersila satu tikar denganmu,
atau mengayunkan langkah,
dengan menuju satu titik di depan sana .

aku tak ingin sendiri,
dan tak ingin terpisah darimu,
hanya saja ceritamu mulai bau amis,
otakmu basi ku rasa.

ternyata, tak semua yang kusuka harus kupilih
termasuk kau

Bandung, Oktober 2008


Dan berikut ii adalah lirik lagu Iwan Fals "Belum Ada Judul" yang berkisah tentang persahabatan


Pernah kita sama sama susah

Terperangkap didingin malam

Terjerumus dalam lubang jalanan

Digilas kaki sang waktu yang sombong

Terjerat mimpi yang indah lelap


Pernah kita sama-sama rasakan

Panasnya mentari hanguskan hati

Sampai saat kita nyaris tak percaya

Bahwa roda nasib memang berputar

Sahabat masing ingatkah kau

Reff:

Sementara hari terus berganti

Engkau pergi dengan dendam membara di hati

Cukup lama aku jalan sendiri

Tanpa teman yang sanggup mengerti

Hingga saat kita jumpa hari ini

Tajamnya matamu tikam jiwaku

Kau tampar bangkitkan aku sobat
 

Sedih

Badai Di Hatiku

badai di hatiku hempaskan lenaku
menghantam sudutnya hingga porak-poranda
meluluhlantakkan rindu hingga tak sempat berbuah cinta
meretakkan dinding-dinding hati
di mana di sana kuukir indah wajahmu

badai di hatiku kian menggelora
ketika petikan gitarku tak mampu mengiringi sayatan gemulai biolamu
ketika detik yang terketik untuk syairku terdengar picisan oleh senandungmu

aku melupakan diri
terdengar desah angin lembah
membisikkan getar-getar gairah
api kecintaan untuk dirimu

tergeletak dalam layu dan sosok gersang
terkulai dalam lagu dan kata usang

badai di hatiku hancurkan jiwaku
luruhkan teguhnya hingga erosi
mengikis yakinnya hingga abrasi

aku bersenandung dalam bingung
dengan tembang liriknya bimbang

aku merintih sedih
aku menjerit sakit
aku khilaf lalu kalap
aku menyerah dan kalah

kasih...
lepaskanlah hatiku
dari cintamu yang berkabut


Mundur

huh..!
rasa ini menyedihkan
ku pikir hanya aku cahayamu
ternyata bintang begitu banyak bertaburan di malammu

ini bodoh
berharap hanya aku yang selalu warnaimu
ternyata pelangi begitu indah melintas dilangitmu

ini sudah gila..!
rela tumbalkan separuh jiwa
demi sekilas senyum yang tertuju bukan untukku

Huh..!
getar ini menyakitkan
seperti tertusuk
seperti ribuan belati merajamku

terlambat..
tepiskan senyummu yang menggoda jiwa

tak mampu..
bendung gemuruh rasa yang terlanjur membara

lelah..
tapaki sejengkal pesona dari keindahan sosok mayamu, bidadari..!

tiba saatnya akhiri semua ini
aku mundur..!



Kau Takkan Kumiliki

ada yang tak bisa kubaca dari gerak bibirmu
ada yang tak bisa kuraba dalam hangat pelukmu
tapi pandangan matamu
masih seperti yang kulihat empat tahun yang lalu

pandangan mata yang dulu pernah menjerumuskanku
dalam dimensi cinta tak berbatas ruang dan waktu
seperti menggapai-gapai dasar
yang tak juga tersentuh

dan masih kuingat betul
betapa aku tersiksa
seperti terpenjara
saat kusadari
kau takkan kumiliki